Seputar Omicron : Omicron RI Menjadi 748 Kasus, Omicron Kebal Terhadap Vaksin, Puncak Omicron

  • Share

Penyebaran varian Omicron semakin besar di Indonesia. Setidaknya saat ini sudah terkonfirmasi sebanyak 748 kasus varian Omicron, 569 di antaranya merupakan kasus impor yang berasal dari pelaku perjalanan luar negeri.

Omicron RI Menjadi 748 Kasus

Arab Saudi menjadi negara terbanyak dalam menyumbang kasus impor, sedangkan yang kedua adalah Turki. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh dr Siti Nadia Tarmizi yang merupakan juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dalam simposium ‘Combating COVID-19 Pandemic without Boundaries’, Minggu (16/1/2022).

Selain Arab Saudi dan Turki, negara penyumbang terbanyak kasus impor selanjutnya adalah Amerika Serikat, Malaysia, serta Uni Emirate Arab.

Selain kasus impor, tercatat juga sebanyak 155 kasus konfirmasi positif varian Omicron dari transmisi lokal. Sedangkan 24 kasus lainnya masih dalam penyelidikan epidemiologis. Untuk kasus probable, saat ini terdapat sekitar kurang lebih 1.800 kasus.

Terkait gejala yang disebabkan oleh Omicron, dr Nadia menyebutkan bahwa gejala yang masih masih mendominasi adalah keluhan ringan-sedang, termasuk di antaranya keluhan berupa batuk-pilek yang biasanya akan sembuh dengan sendirinya.

Benarkah Varian Omicron Lebih Kebal Terhadap Vaksin Covid-19?

Penyebaran varian Omicron yang begitu cepat di seluruh dunia secara umum maupun Indonesia secara khusus menunjukkan kalau tingkat penularannya jauh lebih cepat dibandingkan dengan varian sebelumnya.

Baca juga :  8 Cara Memutihkan Kulit Secara Alami Dengan Cepat

Selain itu, varian Omicron juga disebut-sebut lebih kebal terhadap vaksin COVID-19. Benarkah hal tersebut?

Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan dari dr Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC yang mengungkap seberapa kuat varian Omicron apabila dibandingkan dengan varian Corona lainnya.

Dalam penjelasannya, dr Ceva menyebutkan bahwa pada modeling pertama dari varian Omicron, sudah terlihat kalau kemampuan menginfeksi varian ini 13 kali lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya. Setidaknya 2,8 sampai 5 kali lebih tinggi daripada Delta.

Menurut dr Ceva, varian Omicron sudah mengalami 30 perubahan atau mutasi pada spike protein. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan kemampuan Omicron dalam segi penularan, serta mengakibatkan adanya penurunan efektivitas pengobatan dan juga vaksin.

K417N yang merupakan salah satu mutasi varian Omicron diperkirakan sebagai penyebab seseorang bisa tetap terinfeksi meskipun sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Sebab, varian Omicron tidak ternetralisasi oleh berbagai vaksin tunggal yang ada, baik yang bersifat mRNA maupun vaksin lainnya.

Puncak Omicron Diprediksi Februari-Maret

Lebih lanjut tentang penyebaran varian Omicron, diperkirakan puncaknya di pertengahan Februari hingga Maret 2022. Hal ini sebagaimana yang diterangkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Dia menyebutkan bahwa beberapa negara lain yang duluan terkena Omicron mengalami puncak dalam waktu 35-65 hari.

Baca juga :  Nama-nama Daerah yang Sudah Melaporkan Keberadaan Varian Omicron

Karena Indonesia pertama kali teridentifikasi Omicron pada pertengahan Desember dan kasusnya mulai naik pada awal Januari, maka antara 35-65 hari akan terjadi kenaikan yang cukup cepat dan tinggi.

Menkes juga menjelaskan langkah antisipasi kebutuhan perawatan di rumah sakit. Hal ini belajar dari negara lain yang lebih duluan mengalami lonjakan kasus Omicron, yang mana angka hospitalisasi berkisar 30-40 persen dari yang terjadi ketika varian Delta melonjak.

Menkes juga menjelaskan bahwa meskipun kenaikannya lebih cepat dan tinggi, serta jumlah kasus dan penularannya lebih cepat, namun tingkat hospitalisasinya lebih rendah.

Di tempat yang lain, Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebutkan bahwa kebijakan yang berlaku saat ini adalah semua pasien Omicron mesti menjalani isolasi terpusat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran ataupun di sejumlah rumah sakit yang menjadi rujukan. Hanya saja, kebijakan bisa saja berubah apabila kasus Omicron terus melonjak.

  • Share

Leave a Reply