Gletser ‘Kiamat’ Thwaites Dikhawatirkan Runtuh dalam 5 Tahun

  • Share

Kondisi Gletser Thwaites Antartika yang disebut dengan Gletser Kiamat saat ini berada di ambang bahaya dalam rentang waktu lima tahun ke depan. Hal ini disebabkan adanya percepatan pencairan gletser yang cukup significant.

Gletser Kiamat
Gambar Ilustrasi Gletser Kiamat

Gletser Thwaites memiliki bentangan berkisar 120 km atau kurang lebih seukuran Florida. Tingkat kedalamannya mencapai 800 – 1.200 m. Berdasarkan penelitian, diketahui kalau gletser tersebut sudah mencair sekitar 50 miliar ton es per tahunnya. Kecepatan mencairnya mengalami peningkatan pesat dalam 30 tahun terakhir.

Mengapa Disebut Gletser Kiamat?

Mengapa Gletser Thwaites disebut Gletser Kiamat? Jawabannya karena jika gletser tersebut mencair akan menyebabkan kenaikan hingga 60 cm pada permukaan laut global. Jadi, gletser ini bertanggung jawab terhadap 4% kenaikan permukaan laut global.

Diperkirakan gletser ini berpotensi bahaya bagi dunia dengan naiknya permukaan laut dunia sebelum tahun 2100. Hal ini diketahui dari hasil pertemuan pada ilmuwan di American Geophysical Union yang berlangsung di New Orleans pada 13 Desember 2021, yang melaporkan kalau lapisan es Gletser Thwaites Antartika dikhawatirkan bakal runtuh dalam tiga hingga lima tahun mendatang.

Pada saat itu, sebagian besar gletser mulai kehilangan daya cengkramnya di dasar laut. Menurut para peneliti, saat ini terjadi akan mengakibatkan penurunannya ke arah laut secara dramatis.

Baca juga :  Segala Hal Yang Tidak Boleh Anda Lakukan Jika Ingin Meningkatkan Bakat Anak-Anak Anda

Para peneliti melakukan pemodelan keruntuhan ketinggian es yang ada di Antartika tersebut. Dalam pemodelan tersebut, terlihat keruntuhan tebing es terjadi saat gletser dan lapisan es bertemu dengan lautan. Hal tersebut memicu ketidakstabilan yang mengarah pada disintegrasi cepat.

Jeremy Bassis selaku profesor ilmu dan teknik iklim dan ruang angkasa University of Michigan menyebutkan kalau dalam rentang waktu lama, es akan berperilaku seperti cairan kental. Kondisinya persis kue dadar yang menyebar ketika dimasukkan ke dalam penggorengan.

Sementara itu, data satelit menunjukkan kecepatan aliran Gletser Thwaites dalam kurun waktu 30 tahun terakhir melintasi daratan menuju laut mengalami peningkatan yang pesat, yaitu hampir dua kali lipat kecepatan awalnya.

Hasil Pengamatan Lapangan Gletser Thwaites Sejak 2019

Studi lapangan terhadap Gletser Thwaites sudah dilakukan sejak 2019. Di awal penelitian, tim studi yang terdiri dari dua lusin ilmuwan tersebut mengirim kapal selam oranye otonom bernama Ran ke bagian bawah Thwaites. Selama kurang lebih 13 jam di bawah Thwaites, kapal selam tersebut melakukan perjalanan di sekitar dua palung dalam di bawah gletser yang mengalirkan air hangat ke arahnya.

Baca juga :  Gempa M 7,5 di Wilayah NTT, Waspada Tsunami

Saat ini, Ran berhasil menangkap data yang mengungkap kalau air hangat bersuhu hingga 33,89 derajat Fahrenheit (1,05 derajat Celcius) berputar di sekitar ‘titik penjepit’ penting gletser. Titik tersebut merupakan titik kontak tempat lapisan es memenuhi batuan dasar yang menahannya.

Keberadaan air hangat tersebut mengakibatkan cengkeraman penting tersebut mencair, sehingga retakan dan palung di es semakin memiliki ruang dan menjadikannya semakin tidak stabil.

Dalam ekosistem, Gletser diibaratkan gabus dalam botol anggur, yang berfungsi menghentikan sisa es di wilayah tersebut mengalir ke laut. Oleh karena itu, dampak dari runtuhnya Gletser Thwaites akan mengakibatkan sisa Lapisan Es Antartika Barat terseret bersamanya. Sehingga, permukaan laut global berpotensi mengalami kenaikan hingga 10 kaki (3 meter).

Sebelumnya, para ilmuwan tersebut pernah menerjunkan robot bernama Norse yang memiliki bentuk torpedo melalui lubang sedalam 2.300 kaki (700 m) di es. Saat itu, robot tersebut melakukan pengukuran kekuatan, suhu, kandungan oksigen, serta salinitas arus laut di bawah gletser.

  • Share

Leave a Reply